Kamis, 10 Maret 2011

TEORITISASI RENDAHNYA PENDIDIKAN NILAI

Posted by ABDURROCHMAN 06.31, under | No comments

TEORITISASI RENDAHNYA PENDIDIKAN NILAI
Oleh : ABDUL ROCHMAN

A. Rendahnya Pendidikan Nilai
Sebelum menjelaskan uraian tentang rendahnya pendidikan nilai berdasarkan data yang telah dikemukakan, maka terlebih dahulu dijelaskan tentang pendidikan nilai dan implikasinya sebagai berikut.
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk memperoleh dan menambah pengetahuan, pengertian, kecakapan, ketrampilan, sikap dan perilaku melalui belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan melangsungkan hidup serta untuk mencapai tujuan hidup. Salah satu tugas dan tanggung jawab pendidik adalah usaha mewariskan nilai-nilai kepada generasi muda atau generasi baru dalam pembentukan sikap dan perilaku. Dari segi tugas dan tanggungjawab tersebut dapat dilihat adanya pendidikan nilai.
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan masalah penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi. Dalam filsafat ilmu diutarakan tiga aspek kajian, yaitu mengenai Ontologi Ilmu, Epistemologi Ilmu, dan Aksiologi Ilmu. Ontologi Ilmu suatu kajian tentang hakekat ilmu, Epistemologi Ilmu suatu kajian tentang apa yang dapat diketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, sedangkan Aksiologi Ilmu suatu kajian tentang nilai yang menitik beratkan pada tindak moral yang melahirkan etika, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika, dan kehidupan sosial politik. Ketiga aspek kajian tersebut menjelaskan apakah yang dimaksud baik dalam sikap dan perilaku manusia, apakah yang dimaksud indah dalam estetika, apakah yang dimaksud benar yang ingin dicapai dalam kehidupan sosial politik.
Sepertl telah dikemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak, maka terdapat berbagai tinjauan falsafi mengenai nilai, di antaranya adalah pertimbangan penghargaan dengan nilai subyektif dan obyektif. Mereka yang mengatakan bahwa nilai itu subyektif mengira bahwa pernyataan nilai menunjukkan perasaan atau emosi dari suka atau tidak suka. Tidak lebih dari itu, makan, minum, main, mendengarkan musik, melihat matahari terbenam yang indah, semua itu bernilai karena membangkitkan rasa senang dan menimbulkan pengalaman-pengalaman yang disukai. Mereka yang mengatakan bahwa nilai itu obyektif beranggapan bahwa nilai-nilal itu terdapat di dunia ini dan harus digali. Nilai fakta (value fact) kualitas atau kumpulan kualitas mengundang pertimbangan. Sesuatu yang terpisah dari pengamat menarik perasaan moral atau perasaan keindahan. Seseorang mempunyal perhatian kepada benda-benda dan pengalaman-pengalaman yang nampak kepadanya memiliki nilai, bukan perhatiannyalah yang menciptakan nilai. Kelihatannya, adanya pertimbangan penghargaan sesuatu yang berbeda, maka memungkinkan pula terjadinya perbedaan pandangan terhadap nilai sesuatu. Oleh karena itu, perlu adanya dasar-dasar pertimbangan penghargaan tcrhadap sesuatu, seperti halnya Alqur’an bagi umat manusia.
Perbedaan pandangan pertimbangan penghargaan atau terhadap nilai sesuatu, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan pula adanya perbedaan sikap dan perilaku bagi manusia. Perbedaan dimaksud dihadapkan dengan masalah moral dalam mengahadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini pada ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas Ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserap kepada orang lain untuk rnempergunakannya, apakah pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan yang baik, ataukah dipergunakan untuk tujuan yang buruk. Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada waktu era Galileo, sedangkan golongan kedua menyesuaikan kenetralan ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat.
Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni (1). Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara dekstruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya peran Amerika dan sekutunya yang mempergunakan teknologi-teknologi kei1muwan (2). Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum llmuwan lebih mengetahui tentang akses-akses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan, dan (3). Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan dan paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial (social engineering). Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditunjukkan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat manusia. Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. menjadi rahmat bagi semesta alam. Ajaran yang dibawanya penuh dengan nilai-nilai yang dapat menyelamatkan manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Islam yang dibawa oleh Rasul Allah, Muhammad saw adalah agama terakhir yang memiliki nilai-nilai kesempurnaan tertinggi sebagal pedoman hidup dan kehidupan umat manusia. Kitab suci Alquran diturunkan oleh Allah swt untuk mengeluarkan umat manusia dari gelap gulita pada cahaya terang benderang dengan isin Allah swt. Islam dapat dan mampu menuntun semua dimensi kehidupan sebagai agama samawi, monotheis. dan universal. Islam menjadi modal dasar umat manusia dalam mengarungi samudra kehidupan di alam fana ini. Islam dengan ajarannya yang bersifat monotheis dan universal itu mengarahkan dan memberikan petunjuk dan cara manusia hidup dalam menggunakan sarana dan prasarana kehidupan yang telah disediakan oleh Allah swt baik yang ada pada diri manusla itu sendiri maupun yang masih ada di alam sekitarnya sebagai bahan pelengkap kehidupan.
Islam memiliki berbagai aspek, diantaranya aspek pendidikan. Pendidikan yang islami merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing, mengasuh anak atau peserta didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Usaha tersebut dilaksanakan baik dengan memandang Islam sebagal agama universal, maupun dengan memandang penerapannya yang dilakukan diberbagai lembaga pendidikan sebagai bagian integral dalam kesatuan sistem pendidikan nasional.
Pendidikan yang islami merupakan pendidikan yang sangat ideal, pendidikan yang menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan mental, jasmani dan rohani, pengembangan individu dan masyarakat, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan yang islami dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi individu dan bimbingan pertumbuhan jasmani dan pengembangan rohani berupa potensi-potensi fitrah yang ada pada manusia, dan dari segi pandangan masyarakat dengan pewarisan nilai-nilai, baik nilai-nilai etika, nilai-nilai estetika, nilai-nilai sosial politik yang islami maupun nilai-nilai islam itu sendiri. Jadi, pendidikan yang islami, termasuk di dalamnya pendidikan nilai, sebagai usaha menumbuhkan dan mengembangkan individu serta mewariskan nilai-nilai kepada generasi muda atau generasi baru merupakan tugas dan tanggung jawab umat Islam, dalam arti mereka yang diberi tugas terutama yang mereka telah memiliki dan merasa memiliki tugas dan tanggung jawab pendidikan untuk pembentukan sikap dan perilaku menurut Alquran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka fenomena rendahnya pendidikan nilai disebabkan oleh kurangnya pemahaman para pendidik akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik manusia secara utuh. Para pendidik hanya mengejar nilai materi saja, bukan nilai moral seperti dijelaskan tersebut di atas. Islam hadir dengan segala kesempurnaanya sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasinya. Pendidikan yang islami akan dapat menerapkan pendidikan nilai yang sempurna Oleh karena itu penyimpangan sikap dan perilaku masyarakat yang terjadi saat ini dapat teratasi, jika pendidikan dapat diselenggarakan dengan cara yang islami, yang lebih menekankan terhadap faktor pendidikan nilai.

B. Analisis Hubungan antara Unsur-Unsur yang terkait
Era Modernisasi, Era Globalisasi, Era Informasi, dan Era Reformasi sangat berpengaruh terhadap masyarakat, sehingga sikap dan perilakunya menyimpang dari nilai-nilai budaya maupun agama. Upaya untuk membendung pengaruh tersebut, dan upaya untuk merubah sikap dan perilaku yang menyimpang, yaitu dengan menerapkan dan meningkatkan pendidikan nilai di semua lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat). Grand-teori dari pendidikan nilai ini adalah Alqur’an.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan unsur-unsur tersebut di atas, saling terkait dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Sikap dan perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan era, dan perubahan era adalah tuntutan jaman yang sudah menjadi sunnatullah. Sikap dan perilaku akan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya maupun agama, jika pendidikan nilai selalu ditanamkan dalam segala proses pendidikan. Pendidikan nilai yang sempurna bersumber dari Alquran.
Analisa induksi dari teori ini, adalah berawal dari sikap dan perilaku masyarakat yang menyimpang dari nilai (contoh nilai kejujuran). Fenomena nilai kejujuran di masyarakat sudah mulai pudar (dibuktikan dengan banyaknya model penipuan dan rekayasa dari mulai lapisan masyarakat yang terkecil sampai mereka yang duduk di lapisan teratas). Pudarnya nilai kejujuran di masyarakat disebabkan oleh pengaruh era modernisasi, globalisasi, informasi, dan reformasi. Dengan pudarnya nilai kejujuran itu berarti suatu simbol bahwa nilai-nilai budaya dan agama sudah pudar, dengan demikian pendidikan nilai juga sudah mulai pudar.

0 komentar:

Posting Komentar

Nama ditulis pada Pilihan Select Profile

Tags

PENDIDIKAN NILAI

IMAM GAZALI BERTANYA

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama sebelum menyesal".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT (Surah al-Ma'un (4-7). Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA (Surah 2:217). Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "