METODE DIALOGIS
Oleh : Abdul Rochman
I. Pendahuluan
Dialog dapat diartikan sebagai pembicaraan antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan di dalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan pembicaraan. Dengan demikian, dialog merupakan jembatan yang menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain. Sebuah dialog akan melahirkan paling tidak dua kemungkinan, yaitu pertama kedua belah pihak terpuaskan dan kedua hanya pihak tertentu saja yang terpuaskan. Bagaimana pun hasilnya, dialog sangat menguntungkan orang ketiga, yaitu si penyimak. Lewat dialog, seorang penyimak yang betul-betul memperhatikan materi dialog akan memperoleh nilai lebih, baik berupa penambahan wawasan atau penegasan identitas diri. Keuntungan yang diperoleh siswa sangat berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki dialog, yaitu:
Pertama, bisanya topik dialog tersaji secara dinamis karena kedua belah pihak “menarik dan mengulur” materi sehingga tidak membosankan. Bahkan, kondisi itu akan mendorong siswa mengikuti seluruh pembicaraan.
Kedua, lewat metode dialog, siswa akan tertuntut untuk mengikuti dialog hingga selesai agar dia dapat mengetahui kesimpulan apa yang dihasilkan dialog tersebut. Dan biasanya, keinginann untuk mengetahui kesimpulan merupakan penetral dari rasa bosan atau jenuh.
Ketiga, lewat dialog, perasaan dan emosi siswa akan terbangkitkan dan terarah sehingga idealismenya terbina dan pola pikirnya betul-betul merupakan pancaran jiwa.
Keempat, topik pembicaraan disajikan secara realistis dan manusiawi sehingga dapat menggiring manusia pada kehidupan dan perilaku yang lebih baik lagi. Proses seperti itu sangat menunjang terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
II. Bentuk Dialog
Bentuk dialog sangat variatif, namun bentuk yang paling penting adalah dialog diskriptif, dialog naratif, dan dialog argumentatif.
Kejelasan tentang aspek-aspek dialog ditujukan agar setiap siswa dapat memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat mengembangkan afeksi, penalaran, dan perilaku anak didik. Selain itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi metode pengajarannya.
1. Dialog Diskriptif
Dialog diskriptif disajikan dengan diskripsi atau gambaran mereka yang tengah berdialog. Pendiskripsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan psikologis mereka yang berdialog sehingga dapat dipahami kebaikan dan keburukannya. Selain itu, pendiskripsian berpengaruh juga pada mentalitas seseorang, sehingga perasaan dan perilaku positif akan berkembang.
2. Dialog Naratif
Dialog naratif tampil dalam episode kisah yang bentuk dan alur ceritanya jelas, sehingga menjadi bagian dari cara atau unsur cerita itu. Walaupun mengandung kisah yang disajikan dalam bentuk dialog, namun tidak dapat disamakan keberadaannya dengan bentuk drama yang sekarang ini muncul sebagai suatu jenis karya sastra, artinya tidak menyajikan unsur dramatik walaupun dalam penyajian kisahnya terdapat unsur dialog.
3. Dialog Argumentatif
Di dalam dialog argumentatif, akan menemukan diskusi dari perdebatan yang diarahkan pada pengokohan pendapat atas yang lainnya. Dialog argumentatif memiliki dampak edukatif antara lain adalah membina akal agar dapat berpikir sehat dan mencapai berbagai kebenaran melalui metode valid seperti penyimpulan hasil dialog, analogi yang sahih, berpikir yang topikal dan realistis serta penarikan argumentatif dari hal-hal yang kongkrit.
III. Cara Mengorganisasi Dialog
Ada dua hal utama yang perlu diketahui dalam mengorganisasi dialog yaitu pertama mempersiapkan acara dialog, dan kedua pelaksanaan dialog.
1. Mempersiapkan acara dialog.
Persiapan-persiapan yang perlu diadakan sebelum dialog meliputi empat hal yaitu :
a. Membuat agenda. Isi agenda sangat ditentukan oleh materi yang akan dibahas dan banyaknya waktu yang diperlukan untuk membahas setiap hal secara sistematis, menyeluruh, dan matang.
b. Menyiapkan kertas catatan. Dalam dialog perlu ditunjuk salah satu atau beberapa siswa untuk mencatat semua hal yang dibicarakan dalam dialog, termasuk kesimpulan-kesimpulan yang disepakati.
c. Jumlah peserta dialog. Penentuan jumlah perserta dialog sangat menentukan keberhasilan dialog. Jumlah terlalu besar akan mengurangi keefektifan dialog, karena kurangnya waktu bagi semua siswa untuk berbicara mengemukakan pendapatnya.
d. Alat pembantu lainnya, seperti bagan-bagan, peta, globa, proyektor, dan sebagainya.
2. Pelaksanaan dialog.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan dialog yaitu :
a. Dialog harus benar-benar interaktif, artinya bahwa seorang guru harus pandai membuat suasana sedemikian rupa, agar masing-masing siswa dapat mengemukakan pendapatnya.
b. Semua pendapat harus dihargai, karena dengan penghargaan ini, siswa akan lebih aktif untuk mengemukakan pendapatnya.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa, untuk memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan siswa yang lain.
d. Mengorkestrasi pendapat, yaitu pendapat dari masing-masing siswa yang sangat beraneka ragam itu, dapat dipadukan menjadi satu pendapat (bagaikan suara orkes yang merdu, yang terdiri dari berbagai suara alat musik yang berbeda)
IV. Penutup
Demikian makalah ini kami sajikan dalam seminar ‘Proses Pembelajaran Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial’ dengan sub topik ‘Metode Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial’. Harapan kami semoga bermanfaat bagi kita semua.
Kepustakaan
Abdurrahman, an Nahlawi, Ushul al-Tarbiyatul al-Islamiyah wa asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’ (Libanon: Daral-Fikr, 1983)
Bobbi Deporter, Mark Readon, Sarah Singer, Quantum Teaching diterjemahkan oleh Ary Nilandari (Bandung: Kaifa, 2001)
B. Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983)
Jumat, 04 Maret 2011
Pendidikan Dialogis
Posted by ABDURROCHMAN
06.20, under | No comments
0 komentar:
Posting Komentar
Nama ditulis pada Pilihan Select Profile