ANAK VS KURIKULUM
Oleh : Abdul Rochman
I. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses mempengaruhi anak didik dengan sengaja baik jasmani, akal, maupun jiwanya, dengan tujuan agar terjadi perubahan yang lebih baik, sehingga akan mendapatkan kehidupan yang layak di dunia maupun di akhirat.
Agar tujuan tersebut di atas dapat tercapai dengan baik, maka dalam proses pendidikan, dibutuhkan suatu seni dan pengetahuan yang tepat untuk mempengaruhi anak didik tersebut.
Dalam perkembangan dunia pendidikan, banyak bermunculan teori pendidikan baru tentang upaya untuk menghasilkan anak didik dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu muncullah beberapa mashab atau aliran yang berorientasi baru dalam pendidikan.
Dari kesekian banyak orientasi baru dalam pendidikan, ada orientasi baru mengenai keseimbangan antar anak dan kurikulum. Orientasi ini sangat hangat dibicarakan, karena setiap pengajar akan merasakan hal ini.
II. Anak vs Kurikulum model lama.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, seorang pendidik selalu dihadapkan kepada dua pilihan, berorientasi kepada kurikulum atau berorientasi ke anak didik. Namun dalam kenyataanya, pengajar lebih banyak berorientasi ke kurikulum.
Hal ini dilakukan karena beberapa alasan :
1. Tuntutan dari lembaga yang ingin eksis keberadaanya.
2. Tuntutan dari ebtanas yang mengharuskan standarisasi materi pelajaran
3. Tuntutan dari sistem pengajaran yang harus selesai.
4. Tuntutan dari masyarakat, khususnya orang tua murid yang ingin anaknya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan dari lembaga pendidikan populer
5. Tuntutan–tuntutan lainnya.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka seorang pengajar, selalu cenderung untuk menyelesaikan bahan ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum yang telah dibuat, tanpa harus melihat kondisi anak didik, apakah mereka bisa menyerap semua pelajaran yang telah diajarkan atau tidak.
Dalam kondisi seperti ini, proses pendidikan diasumsikan sebagai proses mentransfer pengetahuan kepada anak didik. Anak didik diibaratkan botol kosong yang harus diisi, kewajibannya hanya menerima dan menangkap pelajaran, patuh serta taat kepada sang pengajar.
Dalam proses seperti tersebut di atas, maka muncullah masalah-masalah yang antara lain :
1. Anak didik kurang aktif dan kreatif, karena dalam proses belajarnya, mereka tidak termotivasi dengan baik.
2. Tertanamnya sikap mental anak didik yang hanya ingin mengejar target, pelajaran tanpa memperdulikan kualitas pemahaman pelajaran.
Dengan munculnya masalah-masalah tersebut di atas, maka pendidikan yang hanya berorientasi kepada kurikulum, belum dapat menghasilkan anak didik yang diharapkan.
III. Anak vs Kurikulum yang diharapkan
Suatu dilema bagi seorang pengajar untuk memilih antara berorientasi kepada anak atau berorientasi kepada kurikulum. Sebagian besar dari mereka akan lebih mudah untuk mengambil salah satu dan mengabaikan yang lain. Akan tetapi untuk mendapatkan sesuatu yang terlengkap dan terbatas, maka kedua-duanya harus dipikirkan. Terlalu berorientasi kepada anak, akan menghilangkan segi-segi formal dalam mencapai target sasaran pelajaran, sedang terlalu berorientasi ke bidang studi pelajaran, akan menghilangkan faktor-faktor psychologi anak.
Untuk mengatasi suatu dilema di atas, sehingga mendapatkan yang terlengkap dan terbatas, maka mengambil keseimbangan antara anak dan kurikulum adalah suatu solusi yang paling tepat. Oleh karena itu upaya yang diperlukan adalah :
1. Kurikulum harus dikombinasikan dengan beberapa unsur, yaitu standar bidang studi yang akan dicapai, faktor psychologi anak, dan faktor lingkungan (daerah dimana anak itu berada, seperti wilayah Jakarta tentunya akan berbeda dengan daerah pedalaman Irian Jaya).
2. Mendorong, membangkitkan kesadaran belajar kepada anak didik agar mereka dapat memecahkan permasalahan-permasalahan. Dan ini merupakan jalan terdekat kependidikan untuk menangani kehidupan.
3. Menggunakan prisip-prinsip andragogi yang relevan
IV. Penutup
Sebagai penutup, maka dapat disimpulakn bahwa orientasi baru dalam pedagogi, khususnya orientasi yang berhubungan dengan kurikulum vs anak, yaitu dengan mengambil keseimbangan dan keselarasan antara orientasi kepada kurikulum dan orientasi kepada anak, sehingga akan menghasilkan orientasi baru yang terlengkap dan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning, diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 1999)
Abdul Hamid al Hasyimi, Ar-Risalah Al-‘Arabiyu Al Murabbi (Damsyiq: Jami’ Al Huquqimahfuzhah, 1981)
Knowles, Malcolm, The Modern Practice of Adult Education, (New York: Assosiation Press, 1977)
Kamis, 10 Maret 2011
ANAK vs KURIKULUM
Posted by ABDURROCHMAN
06.16, under | No comments
0 komentar:
Posting Komentar
Nama ditulis pada Pilihan Select Profile