Kamis, 10 Maret 2011

PENDIDIKAN NILAI

Posted by ABDURROCHMAN 06.01, under | No comments

PENDIDIKAN NILAI UNTUK PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
Oleh : Abdul Rochman

A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses secara sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk menbentukdan mempengaruhi anak didik baik jasmani, akal maupun kalbunya yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan dan melangsungkan hidupnya yang lebih baik. Proses tersebut diatas pelaksanaannya harus seimbang dan selaras, tanpa harus melebihkan satu dengan yang lainnya
Dalam undang-undang pendidikan Nasional No 2 Thn 1989 bab II pasal IV dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dalam mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan tersebut di atas, jelas bahwa tujuan pendidikan disamping untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berbagai pengetahuan, juga mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, jasmani dan rahaninya memiliki budi pekerti yang luhur dengan landasan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemudian diamalkan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Dengan demikian maka harapan yang akan dicapai dari proses pendidikan adalah menghasilkan anak didik yang mempunyai cipta,rasa dan karsa.Nilai cipta dihasilkan dari protes pendidikan intelektual, nilai rasa dari pendidikan estetika , sedangkan nilai karsa dihasilkan dari proses pendidikan moral. Dari ketiga harapan ini, antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisahkan, saling terkait dalam mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Namun kenyataan membuktikan bahwa banyaknya perkelahian pelajar dengan mahasiswa, tawuran antar jurusan, pengrusakan sarana pendidikan dan sebagainya, adalah suatu indikator bahwa penekanan pendidikan selama ini masih tertumpu pad kecerdasan intelektual semata, tanpa memperhatikan kecerdasan emosional semata, sehingga mereka menjadi brutal, tanpa terkendali oleh nilai-nilai budaya maupun agama.

B. Pendidikan Nillai
1st. Pandangan Tentang Nilai
Pendidikan seperti telah dikemukan, merupakan proses mempengaruhi anak didik baik disengaja maupun tidak disengaja terhadap jasmani, akal, maupun jiwanya/kalbunya, agar dapat mempertahankan dan melangsungkan hidupnya ditengah-tengah masyarakat dapat diterima oleh masyarakat serta dapat bernilai masyarakat
Berdasarkan rumusan ini, maka salah satu tugas dari pendidikan adalah usaha mewariskan nilai-nilai kepada anak didik dalam pembentukan sikap dan perilakunya, baik menilai cipta, rasa, maupun karsa.
Nilai adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan masalah yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenanghi dan tidak disenangi. Dalam filsafat ilmu diutamakan dalam tiga aspek kajian yaitu aspek antologis, epistinalogi, dan aksiologis. Aspek antologis membahas tentang hakekat ilmu, epistimologi mengenai suatu kajian tentang apa yang dapat diketahui dan bagaimana cara mengetahuiya, sedang apsiologi mengenai kajian nilai yang menitik beratkan pada tindak moral yang melahirkan etika, ekspresi keindahan yang melahirkan estotika dan logika rasional yang melahirkan kebenaran ilmu pengetahuan .
Dari ketiga aspek nilai tersebut, maka apa yang dimaksud baik dalam sikap dan perilaku manusia, apa yang ingin dicapai bukan ilmu pengetahuan. Ini memerlukan sudut pandang masing-masing. Perbedaan pandangan manenai nilai sesuatu, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan pula adanya perbedaan sikap dan perilaku manusia.
Dengan demikian, maka ada pepatah mengatakan “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Pepatah ini mengandung arti bahwa sikap untuk wilayah, mempunyaj tata cara dan tradisi masing-masing. Tata cara aturan dan tradisi, baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis, mengandung suatu nilai. Jadi nilai adalah suatu yang berkaitan dengan masalah-masalah penghayatan yang dikehendaki dan tida dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
Seperti yang telah dikemukakan pepatah di atas, bahwa setiap subyek mempunyai perbedaan pandangan, pertimbangan penghayatan terhadap suatu nilai. Perbedaan – perbedaan tersebut dikarenakan hanya faktor cara pandang masing-masing terhadap obyek suatu nilai dan sudah menjadi “Sunnatullah”. Contohnya seperti kebiasaan moral suatu daerah tertentu, sebelum mereka meninggalkan kelasnya, mereka mencium tangan gurunya sutu persatu. Kebiasaan mencium tangan gura adalah suatu nilai yang keberadaannya menjadikan sesuatu yang sangat dijunjung tinggi di suatu daeng tersebut, mungkin didaerah lain tidak demikian. Tetapi ada suatu nilai yang bersifat universal, nilai-nilai ini dijunjung tinggi, bahkan oleh seluruh manusia, seperti nilai kejujuran, kedisiplinan dan sebagainya.
Berdasarkan tersebut di aras, maka nilai dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Nilai yang berasal dari Tuhan (Nilai etis Ilahi) yaitu nilai yang bersumber dari kitab-kitab suci yang dibawa oleh para RasulNya, untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Nabi Muhammad bersabda (“ Innama buistu liutammima makarimal akhlaq sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”). Nilai berasal dari Tuhan ini sifatnya universal.
2. Nilai yang berasal dari manusia, (Nilai Etis Insani) yaitu nilai yang dikembangkan dan disepakati masyarakat tertentu. Nilai ini bisa diambil dari Nabi yang berasal dari kitab suci, kemudian dikembangkan berdasarkan “Ijtihad”. Para ahli dan akhirnya disepakati menjadi suatu tradisi yang dianut oleh masyarakat tertentu. Dan juga nilai yang sudah menjadi warisan adat yang mengakar sejak dahulu kala.
Bila dipilah, relasi nilai etis yang insani terhadap nilai manusiawi ( nilai ciptaan manusia lainnya) adalah linearsinkrun, artinya dapat dipadukan, diintegrasikan menjadi suatu sistem nilai. Sesuatu disebut sinkrun bila dua aktifis atau lebih masing-masing mempunyai tujuan, cara kerja, dan tanpa kerja yang berbeda, tetapi kesemuanya itu mempunyai hasil akhir yang dapat dipadukan disebut linear karena adanya hubungan kirarki.
Sedangkan relasi antasa nilai etis Ilahi dengan nilai manusiawi seluruhnya adalah linear. Keheren berusa disebut koheren bila sejumlah aktifitas berbeda tujuan, cara kerja dan waktu kerja selalu cocok. Nilai etis insani hendaknya dapat disinkronkan dengan nilai manusia lainnya, dan semua nilai hendaknya koheren dengan tafsir tentang nilai etis Ilahi (Naeng Mulajir, 1993, h. 86)
Berdasarkan tersebut, maka masing-masing nilai dapat dijadikan pegangan bagi pebentukan sikap dan perilaku anak didik asal masing-masing tidak bertentangan satu sama lain, dan tindakan ada pertentangan antara nilai yang berasal dari kitab suci dengan nilai-nilai yang sudah ada dalam masyarakat, maka perlu adanya pengisaran nilai-nilai secara per-lahan-lahan terhadap nilai yang sudah menjadi suatu tradisi masyarakat, dan pengajaran tersebut bisa dilakukan dengan melalui proses pendidikan kepada generasi muda

C. Pembentukan Sikap dan perilaku menurut Nilai-Nilai Universal
Sikap adalah keadaan mental didalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau masyarakat, lingkungan alamiyah, maupun lingkungan fisiknya). Walaupun berada dalam diri seseorang individu, sikap biasanya dipengaruhi oleh nilai(Koentioringrat 1984)
Sedang perilaku adalah keseluruhan tabiat dan sifat seseorang yang tersermin dalam ucapan dan tindakan sebagai anggota masyarakat. Perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Genetika, yaitu sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir.
2. Faktor pendidik, yaitu sifat-sifat yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari hal-hal yang diperoleh di sekolah.
3. Faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sosial.
4. Faktor pengalaman, yaitu sifat-sifat yang terbentuk karena pengalaman-pengalaman yang telah dipetik dari peristiwa-peristiwa yang pernah dilalukan (S.P. Siagian, 1992)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sikap dan perilaku sangat dominan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, baik pendidikan dalam rumah tangga, sekolah, dan dalam masyarakat. Keluarga erat kaitannya dengan rumah tangga, bahkan kadang-kadang keluarga disebut juga dengan rumah tangga. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan kenyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moraldan keterampilan.
Setiap manusia dilahirkan dalam keluraga tertentu, dibesarkan dan mendapat pendidikan, sehingga pendidikan dalam keluarga itu menjadi pertama dan dasar serta selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sikap anak. Sesungguhnya inti keluarga adalah orang tua. Orang tua terdiri atas ayah dan ibu dan merupakan pendidikan pertama dan utama. Mereka mempunyai pertalian darah dengan anak paling dekat. Merekalah yang melahirkannya, karenanya wajib lah mereka memikul tanggung jawab dengan segala rela hati. Karenanya datang peringatan dari Allah swt, agar orang-orang yang beriman memelihara diri fdan keluarganya daari api neraka. Orang tua bukan saja orang yang pertama mempunyai hubungan dengan anak, tetapi juga merupakan yang paling lama memberikan bimbingan sampai anak berdiri sendiri. Memang orang tualah yang termasuk pendidik yang terutama dan primer. Karena dengan kesadaran yang mendalam serta didasari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam pula orang tua pengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Lagi pula sebagian besar waktu anak-anak adalah bersama-sama dengan orang tuanya. Sebab itu orang tiua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi si anak, terutama dalam penanaman nilai-nila luhur.
Pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh ornag tua harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberikan bimbingan yang penuh dengan memberi bimbingan yang peniuh dengan kasih sayang secara pelajaran yang bersifat sederhana, praktis dan fungsional bagi kehidupan anak seperti penggunaan bahasa yang baik dab benar, aqidah Islam, ibadah, akhlaq mulia, kebersihan, kesehatan, dan lain-lain. Peranan keluarga dalam pendidikan nilai talah dutunjukkan oleh Rasul Allah , Muhammad saw. Rasulullah disuruh agar menyampaikan peringatan pertama-tama kepada kaum keluarganya yang terdekat. Perintah Tuhan inipun dilaksanakan sepenuhnya oleh Rasulullah. Selama hidupnya beliau menjadian keluarga sebagai lembaga pendidikan dalam Islam, menanamkan nilai-nilai luhur Islam, mengadakan dan menyalurkan perubahan-perubahan dalam masyarakat dan sekaligus membentuk umat Islam yang berkualitas tinggi. Maka terkenallah bahwa keimanan dan bertaqwa para sahabat kualitasnya sangat tinggi. Demikian sejarah menunjukkkan bahwa rumah tangga atau keluarga merupakan lembaga pendidikan bagi ummat Islam. Akan tetapi kemudian anak diserahkan kepada guru dalam pendidikan sekolah atau pendidikan dalam masyarakat. Maka dari itu pendidikan dalam keluarga merupakan dasar, sedangkan pendidikan sekolah dan dalam masyarakat merupakan lanjutan. Oleh karena itu perlu adanya hubungan dan kerjasama antara orang tua dan guru.
Satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan kegiatan dari pendidikan yang berjenjang dan berkeseimbangan. Bagaian dari pendidikan ini merupakan suatu proses yang bermula daru masuknya peserta didik didalam suatu sistem tersebut. Salah satu ciri pendidikan sekolah adanya kurikulum yang berbeda dengan pendidikan luar sekolah. Kurikulum dimaksud merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan peserta didik, baik di dalam maupun diluar sekolah. Kegiatan-kegiatannya di harapkan akan menimbulkan berbagai perubahan dalam arti peningkatan dalam perilaku peserta didik sesuai tujuan yang dicapai. Dengan demikian sekolah/madrasah tidak hanya menghadapi dan perkembangan dalam masyarakat. Kurikulim dala hal ini berfungsi dan bertugas sebagai alat untuk mempertemukan kedua pihak, guru dan peserta didik, sehingga peserta didik dapat mewujudkan bakatnya secara optimal dan belajar untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat. Tugas kurikulum menurut Al-Syaibany, agar ia turut serta dalam proses pemasyarakatan (socialization) bagi pelajar penyesuaian mereka dengan memperoleh kebiasaan dan sikap kerja sama dan menghargai tanggung jawab, dan kesediaan berkorban demi membela aqidah, tanah air, pengetahuan dan kemahiran yang akan menambahkan produktivitas dan keturut-sertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya. Sedangkan Asma Hasan Fahmi memberikan perhatian dalam penyusunan kurikulum sebagai berikut :

One. Nilai mata pelajaran yang membawa utamnya yaitu dengan memberikan pelajaran-pelajaran keagamaan dan ketuhanan.
Two. Nilai mata pelajaran yang mengandung nasehat untuk mengikuti jalan hidup yang baik dan utama seperti ilmu akhlaq, hadist dan fiqih.
Three. Nilai mata pelajaran untuk memperoleh kebiasaan tertentu dari akal yang dapat berpindah ke lapangan-lapangan lain. Disini ilmu dipelajari hanya karena ilmu atau memberikan manfaat secara praktis dalam kehidupan antara lain seperti ilmu manrik fikih nahwu dan kedokteran.
Four. Nilai mata pelajaran yang mempersiapkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan atau penghidupan seperti pendidikan kejuruan teknik dan industri.
Five. Nilai mata pelajaran yang dapat menjadi alat atau media untuk mempelajari ilmu yanglebih berguna, seperti ilmu bahasa, demikian Asma Hasan Fahmi.
Pembentukan sikap dan perilaku sekurang-kurangnya dapat dilihat pada empat materi pokok pendidikan Islam yaitu hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan makhluq lain dan lingkungan alamnya, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Sikap dan perilaku dalam hubungan manusia dengan Allah swt bahkan manusia diciptakan oleh Allah swt dan diberikan kegiatan atau bentuk yang sebaik-baiknya, dan menjadi makhluk yang paling sempurna. Kesempurnaan kejadian manusia dapat diketahui dengan memperhatikan struktur jasmaninya dan rohaninya yang sangat membedakan dengan makhluk lain. Manusia dengan kesempurnaannya itu dapat mewujudkan nilai-nilai luhur pada dirinya dan melahirkan sikap dan perilaku yang baik. Oleh karena itu, manusia dibebani tugas dan tanggung jawab oelh Allah swt, untuk melakukan pengabdian kepadaNya dalam bentuk melaksanakan segala perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Dalam berbagai petunjuk dalam Alquran apat ditemukan bahkan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaNya, mengabdi kepada Allah swt, dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, tiada hari tanpa pengabdiaan.
Struktur jasmani dan rohani manusia yang sempurna itu sebagai suatu potensi yang diciptakan Allah swt maka manusiapun dijadikan pula khalifah di bumi ini. Karenanya, manusia baik sebagai mukallaf yang dibebani tugas mengabdi kepadaNya maupun sebagai makhluk yang berjanji untuk menjadi khalifah, maka seharusnya manusia mempunyai sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai luhur yang ditunjukkan Allah swt, baik yang tertera pada sumber ajaran Islam maupun yang tergambar pada jagat raya ini. Manusia yang pergang pada nilai-nilai dan sikap serta perilaku yang dimaksud, allah swt, memuliakan mereka serta melebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah diciptakan Allah swt. Akan tetapi apabila manusia tidak menjadi manusia beriman dan beramal shaleh, mereka akan dijadikan orang yang sangat rendah atau dikembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Di sini dapat dilihat bagaimana peranan nilai-nilai yang diwujudkan dengan sikap dan perilaku sebagai manusia, hamba allah swt.
Sikap dan perilaku manusia kepada Allah swt, tidak sempurna kalau hanya seperti yang dikemukakan itu. Manusia mereka meliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Hal tersebut dikarenakan salah satunya manusia sejak lahir baik sebagai individu maupun sebagai salah seorang anggota kelompok. Hidup di tengah-tengah kelompok menunjukkan bahwa manusia adalah mahkuk sosial atau mahkuk bermasyarakat. Allah swt menciptakan keadaan yang demikian itu sehingga mengharuskan seseorang senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Oleh karena itu dalam berbagai hal ajaran Islam telah memberi petunjuk ummat manusia sebagai hidup berkelompok berbangsa dan bernagara.
Sikap dan perilaku manusia kepada allah swt, dan kepada sesama manusia hidup dalam menggunakan semua sarana dan pra sarana kehidupan yang telah disediakan oleh Allah swt Allah swt menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk manusia. Oleh karena itu Islam memberi petunjuk kepada ummat manusia untuk bersikap dan berperilaku agar lingkungan alam sekitarnya dipelihara ditumbuh kembangkan, dilestarikan bagi kepentingan hidup manusia itu sendiri. Sesungguhnya Allah swt menciptakan manusia dari bumi dan menjadikan manusia pemakmurnya. Oleh sebab itu manusia tidak boleh semuanya saja memanfaatkan dan menaklukkan alam ini, karena kerusakan alam akan kembali menimpa manusia sendiri.
Manusia diberikan petunjuk Allah swt agar mewujudkan nilai-nilai luhur kepasa dirinya. Betapa tinggi nilai-nilai yang diwujudkan pada diri kaum Anshar ketika menerima kaum Muhajirin. Mereka mengutamakan (orang-ornag Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dalam hal ini agama Islam merupakan sumber nilai dan norma yang mengilhami dan mengikat pribadi-pribadi seseorang. Keyakinan, pengalaman dan pengalaman beragama akan menghindarkan seseorang dari situasi dan kondisi yang menggoyahkan sehingga tetap pada kepribadiannya yang utuh. Agama Islam menuntut agar setiap pribadi beramal shaleh, bertanggung jawab atas dirinya senditi dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Salah satu lingkungan pendidikan yang juga sangat menentukan dalam usaha menanamkan nilai-nilai luhur untuk pembentukan sikap dan perilaku adalah pendidikan dalam masyarakat yang dimaksud disini adalah pendidikan dalam masyarakat. Masyarakat dipahami sebagai suatu kelompok mahluk sosial yang hidup pad asuatu kehidupan bersama, termasuk semua keserbaragaman yang tidak terbatas dan keruwetan hubungan-hubungan yang merupakan hasil dari kehidupan bersamaitu atau yang menyerupainya. Kebaikan keluarga dalam hal ini, merupakan kebaikan masyarakat. Hal tersebut memungkinkan karena keluarga merupakan unit masyarakat. Dari keluarga berasal berbagai sikap dan kebiasaan tingkah laku yang menentukan pola-pola pengembangan masyarakat. Sebaliknya berbagai nilai berbagai ide atau pendapat, berbagai adat istiadat, kebudayaan dan sebagainya melalui surat kabar, radio, telivisi, internet, dan seluruh media komunikasi yang lain, memasuki kehidupan yang kesemuanya itu berasal dari masyarakat, baik bersifat informal, nonformal maupun formal. Bagaimanapun arus timbal balik yang dapat mempengaruhi seseorang, namun nilai luhur yang ditunjukkan Al-quran tidak boleh diabaikan oleh manusia terutama ummat Islam, di antaranya bahwa agar tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Nilai luhur dimaksudkan harus senantiasa ditanamkan pada diri anak.
Dalam pada itu anak dalam keluarga adalah penerima pengaruh dari keluarganya. Demikian pula halnya, anak dalam sekolah adalah penerima pengaruh dari gurunya dan dari tenaga pendidikan lainnya. Di samping itu banyak pula dapat diperoleh seorang anak dari kehidupannya dalam masyarakat, seperti cara-cara bergaul berbagai macam nilai dan norma sopan santun usaha-usaha kerukunan dan sebagainya.
Usaha pendidikan nilai untuk pembebtukan sikap dan perilaku serta materi-materi pokok yang telah dikemukakan itu pelaksanaannya sangat tergantung pada pendekatan dan metode atau cara yang digunakan. Pendekatan dan metode atau cara dimaksud seperti :
Pendekatan pengalaman, yaitu pemberian pengalaman kepada anak dalam rangka penanaman nilai-nilai luhur, baik dalam rumah tangga, sekolah maupun dalam masyarakat. Pelaksanaannya baik dalam bentuk intra kurikuler, kurikuler maupun ekstrakurikuler. Pendekatan emosional yaitu usaha untuk menggugah perasaan anak dalam menyakini, memahami dan menghayati nilai-nilai luhur. Hal tersebut perlu diadakan agar sikap dan perilaku seseorang memiliki keseimbangan antara pertimbangan-pertimbangan akal sehat dan penghayhatan hati nurani yang mendalam sesuai dengan fitrah manusia. Pendekatan rasional yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai luhur. Pendekatan ini perlu dikembangkan dengan memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan anak, agar terbentuk pikiran-pikiran yang krisis, realistis dan pertimbangan-pertimbangan yang matang dan obyektif dalam memahami dan memecahkan masalah-maslah yang dilandasi pada nilai-nilai luhur. Budaya dan adat istiadat yang baik dan dijadikan alat dalam memelihara hubungan antara sesama manusia dan dapat berlangsung di dalam masyarakat secara terus menerus, baik dari aspek pribadi maupun aspek kultural. Nabu Muhammad saw sendiri diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Keteladanan, yaitu usaha penggunaan contoh-contoh, perbuatan-perbuatan yang nyata. Rasulullah sendiri merupakan uswah hasanah. Dari berbagai pendekatan yang dikemukakan itu dapat dipilihkan metode atau cara yang sesuai, namun pokok-pokok metode dimaksud baik dalam bentuk hikmah, pelajaran yang baik, maupun dalam bentuk mujadalah yang baik. Selanjutnya dijabarkan dalam metode-metode seperti ceramah, latihan, pemberian tugas, tanya jawab, demostrasi, dan sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar

Nama ditulis pada Pilihan Select Profile

Tags

PENDIDIKAN NILAI

IMAM GAZALI BERTANYA

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama sebelum menyesal".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT (Surah al-Ma'un (4-7). Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA (Surah 2:217). Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "